Upaya Menghadapi Globalisasi untuk Memperkukuh Kehidupan Bangsa
Upaya yang dapat dilakukan dalam menghadapi globalisasi guna memperkukuh kehidupan kebangsaan adalah dengan mengembangkan sikap kritis dan selektif agar kita tetap memiliki identitas diri sebagai masyarakat Indonesia. Sikap kritis merupakan wujud kepedulian sosial terhadap berbagai permasalahan ataupun fenomena yang ditimbulkan akibat globalisasi. Adapun sikap selektif adalah kemampuan untuk memfilter dampak globalisasi agar nilai dan jati diri sebagai bangsa Indonesia tidak hilang. Untuk itu, beberapa upaya dapat dikembangkan untuk menghadapi globalisasi, antara lain sebagai berikut :
A. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Globalisasi menimbulkan perubahan sosial budaya dalam berbagai bidang. Salah satunya dalam bidang pendidikan dan teknologi. Tidak dapat dipungkiri ilmu pengetahuan sebagian besar berkembang dan berasal dari Barat. Oleh karena itu, banyak hasil produksi dalam bidang teknologi yang diperoleh dari Barat. Dalam perkembangannya, beberapa negara di Asia seperti Jepang dan Tiongkok memiliki kekuatan usaha dalam bidang teknologi yang cukup maju dan luas. Akan tetapi, pemerataan kemajuan teknologi dan ekonomi belum dapat dirasakan oleh semua negara. Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Dalam menghadapi tantangan globalisasi masyarakat Indonesia dituntut mampu bersaing dengan sumber daya manusia negara lin. Mengapa demikian? Apabila kualitas sumber daya manusia yang dimiliki suatu negara rendah maka masyarakat cenderung bersifat konsumtif. Masyarakat hanya sekadar menerima pengaruh budaya luar, teknologi, dan hasil produksi negara lain karena tidak mampu mengelola sumber daya alamnya sendiri.
Manusia merupakan aset terbesar yang dimiliki suatu negara. Tanpa kualitas sumber daya manusia yang baik, negara tidak dapat berkembang ke arah yang lebih baik pula. Nasib suatu bangsa sangat bergantung pada sumber daya manusia yang dimilikinya.Oleh karena itu, dalam menghadapi tantangan globalisasi perlu upaya peningkatan sumber daya manusia.
Adapun beberapa upaya peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan beberapa usaha sebagai berikut :
- Membangun akses dan pemerataan pendidikan di berbagai wilayah.
- Meningkatkan kuantitas dan kualitas lembaga pendidikan dan kependidikan.
- Meningkatkan mutu wajib belajar 12 tahun.
- Memperluas akses pelayaanan kesehatan masyarakat.
- Mengembangkan kapasitas kepemudaan dan olahraga berprestasi.
- Meningkatkan kualitas lembaga kerja melalui berbagai pelatihan kerja.
B. Berpegang Teguh pada Norma-Norma Sosial
Norma merupakan aturan yang bersumber dari nilai (sesuatu yang dianggap baik dan penting bagi masyarakat). Norma dibentuk untuk mengarahkan, mengatur, dan membatasi perilaku manusia agar sesuai harapan dan tujuan hidup bersama. Norma sosial di setiap daerah berbeda. Kondisi tersebut berkaitan dengan nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh setiap daerah.Oleh karena itu, setiap individu hendaknya mampu beradaptasi dan mengedepankan sikap saling menghargai dalam memandang suatu perbedaan. Selain itu, sikap disiplin dan patuh terhadap norma-norma sosial menjadi kunci terwujudnya keteraturan sosial dalam masyarakat.
Dalam menghadapi pengaruh globalisasi, pengembangan sumber daya manusia saja tidak cukup untuk menghadapi tantangan globalisasi. Sumber daya manusia berkualitas tidak hanya dalam aspek intelektualitas, tetapi juga aspek kepribadian dan spiritualias. Dengan berpegang teguh pada norma-norma sosial masyarakat dapat terhindar dari berbagai dampak negatif globalisasi. Adapun norma-norma sosial dalam masyarakat di antaranya norma agama, kesopanan, kesusilaan, hukum, dan adat istiadat.
C. Mewujudkan Glokalisasi
Ada banyak budaya Indonesia yang sudah dikenal masyarakat dunia atau Go Internasional. Misalnya, beragam kesenian mulai dari gamelan, angklung, dan musik dangdut; serta berbagai kuliner khas Indonesia dari berbagai daerah mulai dari nasi goreng, gudeg yogya, dan masakan padang. Contoh-contoh tersebut menunjukkan adanya glokalisasi. Pada umumnya di tengah pengaruh globalisasi budaya cenderung berubah ke arah homogenisasi. Budaya Barat dan warna kebudayaan tertentu cenderung digunakan sebagai kiblat utama. Sementara itu, konsep glokalisasi merupakan kebalikan dari konsep globalisasi.
Gagasan glokalisasi diperkenalkan oleh Roland Robertson, unsur global terbentuk karena adanya unsur lokal. Sebaliknya, unsur lokal ada karena adanya unsur global sehingga perdebatan tersebut sebaiknya diminimalisasi (Jati,2013). Suatu budaya dikatakan telah melakukan glokalisasi apabila telah melakukan pertukaran budaya. Untuk mewujudkan glokalisasi upaya yang dapat dilakukan ialah melalui dialog antarbudaya. Melalui interaksi dan dialog antarbudaya akan muncul norma dan nilai yang bersifat universal. Persamaan tersebut mendorong kesadaran masyarakat bahwa pada dasarnya kebudayaan lokal mengandung elemen global.
Konsep think globally and act locally merupakan inti pemikiran glokalisasi. Masyarakat diharapkan dapat menyadari realitas perubahan sosial budaya dan mampu mempertahankan nilai-nilai budaya lokal. Dalam dialog antarbudaya, budaya-budaya mampu berinteraksi secara demokratis. Tiap-tiap budaya diharapkan mampu mengungkapkan dan mempertahankan praktik-praktik dan kepercayaan dalam mengadopsi kebudayaan lain. Dengan menemukan nilai universal yang dapat diakui dunia, kebudayaan lokal dapat lestari. Glokalisasi mengajarkan kita memanfaatkan kesempatan yang bisa dioptimalkan untuk menghadapi tantangan globalisasi. Oleh karena itu, kita perlu belajar menghargai dan melestarikan kebudayaan yang kita miliki. Ketekunan, kreativitas dan sikap pantang menyerah yang dimiliki generasi muda bangsa Indonesia akan membawa kebudayaan lokal semakin dikenal dan dihargai di mata dunia.
D. Menumbuhan Sikap Bangga terhadap Identitas Bangsa Indonesia
Kebudayaan luar yang masuk ke Indonesia sering diterima masyarakat secara utuh tanpa adanya filter yang kuat. Unsur teknologi, modernitas, dan tren masa kini dianggap sebagai budaya yang harus terus diikuti. Ketakutan masyarakat mendapat sebutan "ketinggalan zaman" menunjukkan bahwa masyarakat kini cenderung berkiblat pada satu warna kebudayaan. Masyarakat yang tidak mengikuti perkembangan zaman dianggap "ndeso" ataupun "kurang pergaulan".
Dibutuhkan sikap kritis dalam menghadapi permasalahan sosial di tenha pengaruh globalisasi. Sumber daya manusia yang berkualitas saja tidak cukup. Kita juga perlu berpegang teguh pada norma-norma sosial, mewujudkan glokalisasi dan menumbuhkan sikap bangga terhadap tanah air. Dengan demikian, kita dapat memaksimalkan dampak positif pengaruh glokalisasi dan meminimalisasi dampak negatif globalisasi. Masyarakat tidak perlu anti terhadap budaya luar. Masyarakat justru harus berkembang ke arah yang lebih baik dengan memperhatikan kebudayaan dan identitas bangsa. Sudah saatnya kita mengenal kebudayaan asli Indonesia, melestarikannya, dan bangga menjadi bangsa Indonesia, agar mampu memanangi persaingan antarbangsa pada era globalisasi.
E. Gerakan Kembali ke Alam (Back to Nature)
Gerakan kembali ke alam dan menanggulangi pencemaran lingkungan dan pemanasan global. Upaya mengatasi pemanasan global dapat dilakukan/diterapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui beberapa cara sebagai berikut :
- Reduce, Reuse, Rycle, dan Replace (4R) : Upaya mencegah dan menanggulangi pencemaran lingkungan dan pemanasan global dapat dilakukan dengan menerapkan konsep reduce (meminimalisasi), reuse (menggunakan kembali), recycle (mendaur ulang), dan replace (mengganti). Sampah yang ada di lingkungan sekitar dapat diminimalisasi, digunakan kembali, di daur ulang, dan diganti dengan barang-barang ramah lingkungan.
- Melakukan Penanaman Pohon : Penanaman pohon merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pemanasan global, yaitu melalui penyerapan karbon dioksida (CO₂). Salah satu pohon yang dapat menyerap karbon dioksida cukup besar adalah pohon trembesi. Penanaman jenis pohon tersebut secara luas dapat menurunkan konsentrasi karbon dioksida secara efektif dalam waktu lebih singkat.
- Memproduksi Bahan Bakar Alternatif yang Ramah Lingkungan : Penggunaan bahan bakar melalui energi fosil dapat merusak lingkungan. Hasil pembakaran energi tersebut dapat menghasilkan kadar CO₂, gas metana, dan emisi gas lainnya.Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan teknologi guna memproduksi bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan. Adapun salah satu bahan bakar alternatif ramah lingkungan dapat diperoleh melalui penyulingan getah pohon nipah.Ethanol yang dihasilkan melalui proses penyulingan getah pohon nipah dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif yang tidak menghasilkan emisi karbon. Pohon nipah tidak termasuk sumber bahan makanan dan getahnya dapat diambil setiap hari. Selain itu, tanaman ini dapat hidup hingga lima puluh tahun.
Daftar pustaka
Sardiman A.M.,Muhsinatun Siasah,2018,Pembelajaran IPS 3 Kurikulum 2013 edisi revisi,Solo,Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
@WB 061022 1200