Dukungan Daerah terhadap Negara dan Pemerintah RI
Lahirnya negara dan terbentuknya pemerintah RI mendapat dukungan rakyat dari berbagai daerah. Dukungan itu, antara lain dengan membebaskan diri dari pengaruh kekuatan asing. Caranya, mereka segera berjuang membersihkan kekuatan tentara Jepang di daerah masing-masing. Selain itu, juga dibentuk pemerintah di daerah sebagai bagian dari pemerintah pusat.
Berikut ini adalah beberapa dukungan terhadap pemerintah Indonesia yang ada di beberapa daerah.
1). Jakarta dan Sekitarnya
Para pemuda Jakarta merebut senjata dan kantor-kantor penting yang masih dikuasai tentara Jepang. Kantor-kantor yang berhasil dikuasai, antara lain kantor Departemen Dalam Negeri, Departemen Keuangan, Balai Kota Jakarta, Kantor Besar Polisi, Jawatan Kereta Api, dan Gedung Radio. Para pejuang di Jakarta juga berhasil menyerbu gudang senjata di Cilandak. Bendera Hinomaru di kantor-kantor segera diturunkan dan diganti dengan bendera Merah Putih.
Kegiatan aksi para pejuang dalam melakukan perebutan kekuasaan terhadap Jepang juga berkembang ke daerah-daerah sekitar Jakarta, seperti Klender, Cakung dan Bekasi. Di Jatinegara, para pemuda mengepung tangsi Batalion 12 dan 13 sehingga sempat terjadi bentrokan.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 telah membawa pengaruh besar dalam pemerintahan. Kotapraja Jakarta sebelum ditetapkan oleh pemerintah pusat telah menyusun pelaksana pemerintahan sebagai berikut :
- Pemimpin Umum : Suwiryo
- Wakil Pemimpin Umum : Baginda Dahlan Abdullah
- Sekretaris Kota : Suratno Satroatmojo
Selain itu, ditetapkan pula 10 jawatan pemerintah, misalnya pamong praja, kesehatan, ekonomi, sosial, pengajaran dan pendidikan. Sebagai kantor Balai Kota adalah Balai Kota di Gambir Selatan (sekarang Jalan Merdeka Selatan).
2). Pengambilalihan Kekuasaan di Bogor
Pada tanggal 5 September 1945, para pejuang Indonesia berhasil merebut istana Bogor. Istana Bogor dijadikan markas para pemuda. Mereka segera mengibarkan bendera Merah Putih di tempat tersebut. Pada tanggal 29 September 1945, para pejuang di Bogor menyita sembilan wagon (gerbong KA) bahan pakaian.Tanggal 1 Oktober 1945 berhasil mengambil alih kantor pemerintahan residen oleh Residen Iyok Moh.Siradz Harjowinangun.
3). Perebutan Kekuasaan di Bandung
Para pelajar dan rakyat melakukan demonstrasi melucuti tentara Jepang. Di bawah pimpinan M. Harsono para pejuang berhasil mengambil kendaraan-kendaraan Jepang dan menguasai banyak senjata. Markas kereta panser di Cicadas dan sembilan buah panser berhasil diambil alih oleh para pejuang. Sementara itu, di tempat lain para pemuda dan kaum buruh berhasil menguasai Pangkalan Udara Andir dan pabrik senjata ACW (Artillerie Constructie Winkel, sekarang Pindad).
4). Perebutan Kekuasaan di Semarang dan Sekitarnya
"Pertempuran Lima Hari di Semarang" merupakan peristiwa bersejarah dalam upaya perebutan kekuasaan di Semarang. Pertempuran ini meletus pada tanggal 14 Oktober 1945, bermula dari ulah 400 orang bekas anggota Angkatan Laut Jepang. Mereka ini akan dipekerjakan untuk mengubah pabrik gula di Cepiring (30 km sebelah barat Kota Semarang) menjadi pabrik senjata. Dalam perjalanan, para bekas anggota Angkatan Laut Jepang berhamburan dan menyerang polisi Indonesia yang mengawalnya.Tentara Jepang bekas angkatan laut itu kemudian melarikan diri dan bergabung dengan Kidobutai yang ada di Jatingaleh.
Situasi semakin memanas setelah berkembang berita-berita bahwa cadangan air minum di Candi telah diracuni tentara Jepang. Dr.Karyadi selaku Kepala Laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat (Purusara) datang untuk melakukan pengecekan.Dr.Karyadi dibunuh oleh Polisi Jepang.Situasi semakin memanas, pertempuran-pertempuran pun terjadi di beberapa tempat dan wilaayah Semarang. Pertempuran hebat dan paling banyak membawa korban terjadi di Simpang Lima, Semarang.
Tanggal 17 Oktober 1945 diadakan perundingan dan tercapailah kesepakatan gencatan senjata.Namakura, pimpinan tentara Jepang mengultimatum bahwa kalau sampai tanggal 19 Oktober 1945 pukul 10.00 senjata tidak diserahkan kepada Jepang maka Semarang akan dibom.Sebelum batas waktu tiba, tersiar berita bahwa pukul 07.45 pagi hari tanggal 19 Oktober 1945 tentara Sekutu yang menumpang kapal H.M.S. Glenroy telah merapat dan datang di pelabuhan Semarang.Kedatangan tentara Sekutu menyebabkan perang antara pihak Indonesia dengan Jepang berakhir. Untuk mengenang heroisme para pejuang Indonesia di Semarag, di Simpang Lima dibangun monumen yang disebut Tugu Muda.
Gerakan rakyat untuk melakukan perebutan kekuasaan juga terjadi di daerah lain. Di Banyumas, gerakan rakyat dipimpin oleh Kolonel Sudirman.Pekalongan, Pati. dan Solo pun tidak ketinggalan muncul gerakan rakyat menentang Jepang.
Di Solo telah dibentuk Angkatan Muda Tentara Surakarta dipimpin Sutarto.Markas rakyat dan pemuda pun dibentuk, antara lain di Purbayan.Tanggal 12 Oktober 1945 terjadi pertempuran sengit dalam upaya mengepung Kempetai. Pemuda Arifin gugur dan Suryosuksoro (saudara Susuhunan) luka parah dalam pertempuran tersebut.
5). Dukungan dari Yogyakarta
Sri Sultan Hamengkubuwono IX mendukung Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan mengucapkan selamat kepada Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas terpilihnya sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia. Yogyakarta menjadi salah satu bagian dari Republik Indonesia, dukungan Sri Sultan Hamengkubowono IX diikuti oleh Sri Paku Alam VIII.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengeluarkan pernyataan dan amanat yang pada prinsipnya menyatakan bahwa Yogyakarta yang merupakan sebuah kerajaan dinyatakan sebagai Daerah Istimewa dan merupakan bagian dari negara Republik Indonesia.Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai kepala daerah yang bertanggung jawab atas urusan dalam negeri Yogyakarta dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia.
Selanjutnya, Sri Paku Alam VIII dan rakyat serta para pemuda Kesultanan mendirikan kelompok muda pegawai kesultanan yang disebut PEKIK (Pemuda Kita Kesultanan). Pada tanggal 29 September 1945 PEKIK mengadakan rapat dan mengeluarkan pernyataan kesetiaan terhadap perintah Sultan dan tetap akan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada tanggal 19 Agustus 1945 sekitar pukul 10.00 WIB, Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengumpulkan para pemuda di bangsal Kepatihan.Sri Sultan Hamengubuwono menegaskan bahwa Indonesia sudah merdeka. Oleh karena itu, para pemuda diminta untuk menjaganya.Para pemuda kemudian melakukan pelucutan senjata terhadap tentara Jepang. Pada tanggal 26 September 1945, semua pegawai instansi pemerintah dan perusahaan yang dikuasai Jepang melakukan aksi mogok.Mereka menuntut agar Jepang menyerahkan semua kantor pada orangg Indonesia. Tanggal 27 September 1945, KNI Daerah Yogyakarta mengumumkan bahwa semua kekuasaan di daerah itu telah berada di tangan pemerintah RI. Pada hari itu juga di Yogyakarta terbit surat kabar Kedaulatan Rakyat.
Pada dini hari tanggal 7 Oktober 1945, terjadi pertempuran sengit antara Jepang dan pihak pejuang kita yaitu R.P.Sudarsono, Oni Sastriatmojo, dan pimpinan TKR Suharto.Para pejuang Indonesia menyerbu tangsi Otsuka Butai di Kota Baru, Yogyakarta.Sekitar pukul 10.30 WIB tanggal 7 Oktober 1945 markas Jepamg Otsuka Butai di Kota Baru berhasil dikuasai oleh para pejuang Indonesia, bendera Merah Putih dikibarkan di markas tersebut.
R.P.Sudarsono memimpin perebutan senjata Kaigun di Maguwo. Para pejuang Indonesia berhasil merampas senjata, kendaraan truk dan beratus-ratus granat.Setelah Kota Baru dan Maguwo berhasil dikausai maka Yogyakarta sudah berada di bawah kekuasaan Republik Indonesia.
6). Perebutan Kekuasaan di Surabaya
Para pejuang Indonesia di Surabaya mulai bergerak mengadakan aksi pengepungan terhadap beberapa tempat dan kantor-kantor penting.Aksi ini dimotori oleh para pemuda dan anggota BKR dibawah komando Dr. Mustopo.
Dalam aksi perebutan ini, Gedung Radio di Embong, Malang dapat dikuasai oleh para pejuang Indonesia.Pada bulan September dan awal bulan Oktober 1945, terjadilah pengepungan markas Kempetai.Di bawah komando Abdul Wahab Saimin dan Moh. Yasin, markas Kempetai dapat dihancurkan.
Pada tanggal 19 September 1945, terjadi insiden bendera di Hotel Yamato (Hotel Orange) yang terletak di daerah Tunjungan, Surabaya telah diduduki oleh Belanda yang dibantu Sekutu.Orang-orang Belanda mengibarkan bendera warna Merah Putih Biru di puncak hotel. Residen Sudirman meminta dengan baik-baik agar bendera diturunkan, tetapi Belanda tidak bersedia, bahkan bersikap congkak.Bendera yang berwarna Merah Putih Biru diturunkan. Warna biru disobek dan bendera yang tinggal warna Merah Putih dinaikkan lagi maka berkibarlah bendera Merah Putih di Hotel Yamato.
Demikian tindakan heroik yang telah dilakukan para pemuda. Mereka sekuat tenaga mempertahankan kemerdekaan yang baru saja dicapai. Para pejuang Indonesia bersemboyan "merdeka atau mati". Di daerah-daerah lain di Jawa Timur, seperti Malang dan Madura juga berlangsung perebutan kekuasaan.
7).
Perebutan Kekuasaan di Luar Jawa
- Perebutan Kekuasaan di Aceh : Para pejuang yang tergabung dalam API (Angkatan Pemuda Indonesia) telah melakukan pelucutan senjata. Oleh karena itu, terjadilah bentrokan antara Jepang dengan pejuang Indonesia di Langsa, Lho Nga, dan Sigli.
- Perebutan Kekuasaan di Sumatra Selatan dan Lampung : Usaha perebutan kekuasaan terjadi di daerah ini pada awal bulan Oktober 1945.Sebagai tanda berdirinya pemerintahan di Sumatra Selatan maka residen Sumatra Selatan, dr. A.K.Gani bersama seluruh pegawai pemerintah melakukan pengibaran Merah Putih. Pengibaran ini diikuti masyarakat lain.
- Perebutan Kekuasaan di Gorontalo : Gerakan ini terjadi tanggal 13 September 1945.Gerakan dilakukan dengan merebut senjata dan markas-markas Jepang.
- Perebutan Kekuasaan di Pulau Sumbawa : Pada bulan Desember 1945 terjadi perebutan kekuasaan antara pemuda Indonesia dengan tentara Jepang. Hal ini menimbulkan bentrokan antara keduanya. Di daerah Gempe telah terjadi bentrokan antara 200 pemuda Indonesia melawan Jepang. Peristiwa tersebut terjadi juga di Sape dan Raba. Di Sape bentrokan melibatkan sekitar 400 pemuda.
- Perebutan Kekuasaan di Makassar : Para pejuang kita di Makassar berhasil merebut tempat-tempat penting, seperti tangsi polisi dan kantor radio.Dr. Sam Ratulangi selaku Gubernur Sulawesi segera membentuk pemerintahan. M. Zaenal Abidin diangkat sebagai sekretaris daerah. Pemerintah berpusat di Makassar.
- Perebutan Kekuasaan di Bali : Para pemuda Bali tanggal 6 Oktober 1945 membentuk Angkatan Muda Indonesia (AMI) dan Pemuda Republik Indonesia (PRI). Upaya perundingan dalam menegakkan Indonesia gagal. Oleh karena itu, para pemuda (AMI dan PRI) melancarkan upaya merebut kekuasaan. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 13 Desember 1945.
- Perebutan Kekuasaan di Sulawesi Utara : Para pemuda yang tergabung dalam Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) mengadakan gerakan membebaskan para tahanan yang prorepublik. Tanggal 16 Februari 1946, dibentuk pemerintahan sipil sebagai residennya adalah B.W.Lapian.
- Sambutan Rakyat Papua/Irian Barat : Tanah Papua dulu saat awal kemerdekaan dikenal dengan Irian Barat. Pada saat itu Irian Barat termasuk wilayah Provinsi Maluku. Rakyat Irian Barat menyambut kemerdekaan Indonesia ini penuh dengan semangat.Muncullah gerakan-gerakan untuk menentang sekutu dan NICA yang dipelopori oleh para pejuang eks Digulis (tokoh-tokoh pergerakan yang dulu dibuang ke Digul zaman penjajahan Belanda).Dukungan rakkyat Papua untuk Indonesia dalam melawan Sekutu dan Belanda ini juga ditunjukkan dengan bentuk protes dan pembangkangan terhadap perintah Belanda. Kebetulan waktu itu akan diadakan perayaan ulang tahun Ratu Wilhemina pada tanggal 31 Agustus 1945. Belanda memerintahkan agar rakyat mengibarkan bendera Belanda, Merah Putih Biru. Tetapi rakyat justru mengibarkan bendera Indonesia, Sang Merah Putih satu tiang penuh, sedang bendera Belanda dan Amerika Serikat dikibarkan setengah tiang.
Daftar pustaka
Sardiman A.M.,Muhsinatun Siasah,2018,Pembelajaran IPS 3 Kurikulum 2013 edisi revisi,Solo,Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
@WB 310123 1011