Faktor-Faktor yang Mendasari Terjadinya Interaksi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto (1989), faktor-faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial adalah sebagai berikut :
A. Sugesti
Sugesti adalah rangsangan, pengaruh, atau stimulus. Rangsangan diberikan seseorang kepada orang lain. Penerima sugesti akan menuruti kehendak pemberi sugesti tanpa berpikir kritis dan rasional. Misalnya, seorang pasien datang ke dokter untuk memeriksa kesehatan tubuhnya. Apabila dalam diri pasien telah tertanam rasa percaya kepada dokter maka dia akan menuruti segala anjurannya.
Sugesti biasanya berupa pengaruh psikis yang ada pada seseorang yang berasal dari diri sendiri ataupun orang lain karena adanya kepercayaan terhadap sesuatu hal dari orang yang dipercayai. Suatu informasi atau nasihat bisa menjadi sugesti, apabila keyakinan lebih dominan dalam proses penerimanya.
Pihak pemberi sugesti biasanya adalah orang yang berwibawa dan dihormati, seperti dokter dan psikiater. Berlangsungnya sugesti dapat terjadi karena pihak penerima sugesti sedang berada dalam keadaan kalut atau emosi yang tidak stabil sehingga menghambat daya pikirnya.
Sugesti akan mudah terjadi karena dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
- Kemampuan berpikir seseorang terhambat dalam proses sugesti sehingga orang ini akan menerima pengaruh orang lain tanpa berpikir panjang.
- Keadaan pikiran yang terpecah belah. Keadaan ini membuat orang bingung atau bimbang sehingga akan mudah tersugesti.
- Proses sugesti akan lebih mudah apabila pemberi sugesti mempunyai keahlian atau otoritas di bidangnya.
- Proses sugesti akan lebih mudah jika pendapat tersebut telah diterima oleh sebagian besar anggota masyarakat.
B. Imitasi
Imitasi berasal dari bahasa Inggris, imitation yang artinya tiruan atau peniruan. Faktor imitasi mempunyai peran yang sangat penting dalam proses interaksi sosial.Imitasi adalah tindakan meniru sikap, penampilan, maupun gaya hidup orang lain.Proses imitasi pertama kali terjadi di lingkungan pergaulan keluarga.Selanjutya, proses imitasi berkembang semakin luas dalam lingkungan masyarakat. Proses imitasi tersebut dapat bersifat positif ataupun negatif.
Melalui imitasi, seseorang belajar nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Selain itu, seseorang juga dapat terpengaruh suatu perbuatan yang menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku. Contoh imitasi, yaitu seseorang pelajar meniru gaya rambut dan gaya berpakaian aktor atau aktris idolanya.
C. Identifikasi
Identifikasi adalah proses meniru untuk menjadi sama dengan orang lain. Proses identifikasi erat kaitannya dengan imitasi. Apabila proses meniru (imitasi) sudah sangat mendalam maka terjadilah identifikasi. Imitasi biasanya berlaku sesaat atau sementara sedangkan identifikasi bersifat permanen. Oleh karena itu, identifikasi dapat menjadi bagian dari kepribadian seseorang. Sifat identifikasi lebih mendalam daripada imitasi karena dalam proses ini kepribadian seseorang turut terbentuk.
Proses identifikasi berawal dari rasa kekaguman seseorang kepada tokoh idolanya. Namun, lambat laut kekaguman tersebut mendorong seseorang untuk menjadikan dirinya sama atau identik dengan tokoh tersebut. Dalam proses ini seseorang tidak hanya sekadar meniru gaya hidup, kepercayaan dan nilai yang dianut sang idola menjadi kepercayaan dan nilainya sendiri.
D. Simpati
Simpati adalah proses kejiwaan seseorang yang merasa tertarik kepada orang lain atau sekelompok orang. Ketertarikan itu disebabkan oleh sikap, penampilan, wibawa, atau tindakan.Sekilas simpati tampak sama dengan identifikasi karena menuntut seseorang untuk memosisikan diri pada keadaan orang lain, Hanya saja, dalam simpati perasaan yang memegang peranan. Walaupun demikian, dorongan utama adalah bekerja sama dengan pihak lain tanpa memandang status sosialnya. Selain itu, simpati dapat menjadi dorongan yang sangat kuat pada diri seseorang untuk melakukan kontak dan komunikasi dengan orang lain. Contoh perasaan simpati adalah ungkapan selamat atas keberhasilan seseorang atau ungkapan turut berduka cita atas musibah yang dialami oleh seseorang.
E. Empati
Empati adalah proses larutnya kejiwaan seseorang ke dalam kedukaan atau kesukaan orang lain. Empati merupakan kelanjutan rasa simpati yang berupa perbuatan nyata untuk mewujudkan rasa simpatinya. Misalnya, jika melihat seseorang mengalami kecelakaan dan luka berat, kita berempati seolah-olah juga ikut merasakan sakit orang tersebut. Dengan kata lain, kita memosisikan diri kita pada posisi orang lain. Segala bentuk bantuan akan kita berikan untuk menolong mereka.
Empati adalah kemampuan kita dalam mendengarkan perasaan orang lain tanpa harus larut. Empati adalah kemampuan kita dalam merespons keinginan orang lain yang tidak terucap. Kemampuan ini dipandang sebagai kunci menaikkan intensitas dan kedalaman hubungan kita dengan orang lain (connecting with). Selain itu empati merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam melakukan hubungan antarpribadi dengan mencoba memahami suatu permasalahan dari sudut pandang atau perasaan lawan bicara. Melalui empati, individu akan mampu mengembangkan pemahaman yang mendalam mengenai suatu permasalahan. Memahami orang lain akan mendorong antarindividu saling berbagi.
F. Motivasi
Motivasi dalam suatu interaksi sosial merupakan dorongan yang mendasari seseorang untuk melakukan perbuatan berdasarkan pertimbangan yang rasional. Motivasi dapat diberikan oleh seorang individu kepada individu lain, seorang individu kepada kelompok atau kelompok kepada kelompok lain. Pihak yang diberi motivasi akan mengikuti kemauan orang yang memberi motivasi.Namun, dia tetap bersikap kritis, rasional, dan bertanggungjawab. Sebagai contohnya, seseorang bekerja keras siang dan malam bertujuan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Motivasi dalam diri seseorang dapat muncul disebabkan faktor atau pengaruh dari orang lain sehingga individu melakukan kontak dengan orang lain.
Motivasi menjadi suatu kekuatan, tenaga atau daya, atau suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari. Motivasi seseorang dapat ditimbulkan dan tumbuh berkembang melalui diri sendiri (intrinsik) dabn dari lingkungan (ekstrinsik). Motivasi intrinsik bermakna sebagai keinginan dari diri sendiri untuk bertindak tanpa adanya rangsangan dari luar. Motivasi intrinsik akan lebih menguntungkan dan memberikan keajegan dalam bertindak. Adapun motivasi ekstrinsik dijabarkan sebagai motivasi yang datang dari luar individu dan tidak dapat dikendalikan oleh individu tersebut. Wujud motivasi ekstrinsik dapat berupa hadiah atau penghargaan yang digunakan untuk merangsang motivasi seseorang.
Daftar pustaka
Sardiman A.M.,Muhsinatun Siasah,2018,Pembelajaran IPS 3 Kurikulum 2013 edisi revisi,Solo,Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
@WB 260922 14555